Jumat, 05 Juni 2015

Renungan Kontes Menulis Hunter



Akhirnya, setelah sekian puluh kali ikut lomba n kuis ada juga yg ngasih hadiah. Walaupun aku belum tau sih nilai hadiahnya. Mungkin ini sedikit hiburan dari Allah y? Walaupun sebenarnya Allah sudah mencurahkan rahmat yg banyak banget sampai saat ini. Hadiah yg aku dapetkan yaitu voucher Informa, dari kontes upload foto di sosmed. Aku bersyukur loh, tapi tetep aja muncul pertanyaan di hati,’kok aq g pernah menang kontes menulis sih? Apa aq g bakat nulis y?’.  Bagi aq menang kontes menulis lebih dari sekedar kesenangan mendapatkan hadiah, tapi pengakuan bahwa aq bisa menulis. Maka dengan semakin bertambahnya record kalah yg aq dapatkan, semakin berkecil hatilah aq. 

Sebenarnya si mas kurang sreg aq ikut kontes menulis. Dari pengamatan dia mengikuti kontes itu, kurang baik bagi kesehatan jiwa seseorang. Menurut dia nggak sehat ketika alur perasaan seseorang itu : bersemangat karena melihat peluang-menunggu pengumuman dgn harap2cemas-kemudian kecewa karena kalah.  Ditambah lagi katanya, dgn mengikuti kontes aq diperalat oleh industri untuk membuat pencitraan atau kepentingan apapun yg dimiliki oleh si pembuat kontes. Aku mendebatnya dgn mengatakan bahwa aq nggak menunggu pengumuman dgn harap2cemas, aq hanya sedikit kecewa klo kalah dan sebenarnya kontes adalah simbiosis mutualisme antara penyelenggara dan peserta. Plus aq menyukai adrenaline rush yg muncul ketika aq menulis untuk sebuah kontes. Akhirnya si mas memberikan aq saran untuk berhenti mengikuti kontes menulis terlebih dahulu, dan fokus berlatih menulis. Aq mendebatnya (kami lumayan sering berdebat, itu resiko menikah dgn suami yg kritis) dgn mengatakan bahwa aku berlatih menulis dgn cara mengikuti kontes. Dy mematahkan pendapatku dgn perumpaan, “itu ibarat orang yg nggak pernah latihan lari, terus ikut lomba lari dgn atlet lari.” Lalu dy melanjutkan penjelasanya dgn , “ dek, dulu waktu abang masih ikut taekwondo abang harus berlatih berkali2 untuk bisa melakukan 1 jenis pukulan. Itupun latihan awalnya nggak langsung latihan mukul. Kalau abang ngotot ikut pertandingan sebelum bisa memukul, babak belur badan abang. Mungkin dalam kontes menulis, badan adek nggak babak belur. Tapi semakin sering adek kalah, semakin adek akan berkecil hati.” Well, sayangnya pendapat suamiku kali ini benar. 

Jadilah aq setuju untuk tidak mengikuti kontes menulis dan serius belajar menulis. Tapi itu Cuma bertahan seminggu, karena otak aku yg matre tetap tergiur untuk mengikuti kontes menulis. Haha.. tapi jgn kira aq gak punya batasan. Aq memutuskan untuk nggak ikut kontes menulis dari situs berat seperti kompasiana lagi. Pertama karena temanya yg berat (seperti stabilitas sistem keuangan/ industri migas/ industri bauksit), kedua karena aq gak mungkin mengalahkan para expert yg ahli di bidangnya. So, aq belum pantas berkompetisi di kompasiana. Aq tidak akan mengikuti kontes yg meminta aq menulis sesuatu yg bertentangan dgn nilai yg aq anut seperti kontes yg diadakan oleh bank, lembaga keluarga berencana, asuransi, atau memuji wali songo. Pertama karena tulisanq akan kupertanggungjawabkan pada Allah, kedua karena aq tidak mw diperalat industri untuk menciptakan pencitraan yg jelas2 aq yakini salah. 

Nah, sekarang terbukti bahwa pendapat suamiku benar dan aku akan mengikuti saranya untuk lebih banyak berlatih menulis ketimbang mengikuti kontes. Karena sampai sekarang aq tak kunjung menang kontes menulis. Aq tak percaya dgn kalimat,’kalah adalah menang yg tertunda’. Aq tak perlu hiburan kosong seperti itu. aq menghibur diri dgn,’jika niatmu baik, tak akan Allah sia2kan usahamu’. Tapi pertanyaan besarnya, Apakah niat aq mengikuti kontes memang baik? Atau itu hanya mengikuti ambisi? Well, aq ikut kontes karena aq butuh hadiahnya. Menurutku itu adalah cara paling cepat untuk mendapatkan tambahan untuk tabungan pulang kampung kami. tapi sekarang, aq seperti udah kehilangan spirit untuk pulang kampung. Aq baru menyadari bahwa alasanq pulang kampung adalah menyenangkan ibu. Lalu sekarang, apa niatku mengikuti kontes? Ya Allah, jadikanlah umur dan waktuku bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar