Rabu, 18 Juni 2014

Tidak Harus Begini dan Begitu

Aq ingin begini
Aq ingin begitu..
Ingin ini..ingin itu..banyak sekali..
Semua..semua..semua..
Harus dikabulkan..
Harus dikabulkan tanpa kantong ajaib...
Sepertinya memang sudah merupakan kodrat manusia memiliki banyak keinginan. Aku punya banyak keinginan, apalagi kalau melihat apa yang dimiliki/dicapai orang lain. Pengen jadi IRT super seperti martha stewart. Pengen jago jahit seperti pemilik blog ‘ladybird’. Pengen jadi ibu super seperti Septi Peni Wulandari. Pengen jadi wanita pekerja keras seperti Merry Riana. Pengen punya bisnis kayak ibu-ibu pembisnis. Pengen liburan terus kayak si anu. Pengen punya rumah sendiri. Pokoknya banyak deh.. Apalagi kalau ngeliat foto-foto keren gaya hidup si anu dan si itu di social media. Wah, pengen juga seperti itu. 
Nah, kalau sudah begitu biasanya saya pelajari apa yg mereka lakukan untuk meraih apa yg telah mereka raih. Contohnya, berkat buku Merry Riana dan baca diskusinya ibu ibu pembisnis, saya sempat berpikir untuk membuat target apa-apa yg ingin saya raih. Yg saya simpulkan, mereka bekerja keras untuk mengejar apa yg mereka cita2kan. Sebagian ibu2 itu tidur 5 jam sehari, malahan ada yg pagi kerja kantoran, terus sore sama malam ngurusin bisnis. Merry Riana sendiri bekerja keras untuk meraih mimpinya (mengumpulkan sejuta dollar) dan menetapkan target yg cukup tinggi setiap harinya.
Maka saya pun sempat membuat daftar to do list yg cukup ambisius dalam sehari untuk mengejar ‘hal2 keren’ tsb. Tp kemudian saya uring-uringan sendiri. Stres mengejar target yg telah ditetapkan. Sebal ketika rencana yg telah diatur rapi, mengalami gangguan. Maka saya pun merenung dan mempertanyakan diri sendiri, apakah hal2 yg sedang saya kejar ini, memang penting untuk dikejar? Apakah dunia ini begitu penting sehingga harus dikejar seambisius itu? Siapa yg menetapkan standar bahagia, standar baik, standar keren? Tanpa sadar, informasi2 yg masuk di kepala kita, kita jadikan standar kebenaran. Kita baru bahagia kalau berlibur, hang out di cafe, nonton bioskop, baca komik. Kita sukses kalau punya bisnis beromset besar, punya mobil, rumah mewah. Kita baru cantik kalau pakai baju terupdate dan memakai ‘hijab’ modis. Apa yg salah dgn diri kita apa adanya? apa yg salah dgn tidak menjadi sama dgn org kebanyakan?
Saya muslim. Standar kebenaran saya adalah agama saya. Dan landasan berpijak saya adalah agama saya. Bagi muslim, untuk menenangkan diri cukup dengan sholat dan mengaji. Tidak harus berlibur kemana2. Pakaian wanita muslim adalah jilbab syar’i, tidak perlu dirubah-rubah. Apakah muslim mulai kehilangan identitasnya? Ketika org lain memiliki rumah dengan sistem riba, saya gak harus ikutan kan? Walaupun entah kapan tabungan terkumpul untuk beli rumah secara tunai. Ketika org lain memulai bisnis dgn modal pinjaman, saya g harus ikutan kan? walaupun entah kapan bisnis saya akan berkembang. Ketika orang lain menambatkan hatinya pada dunia dan mengejar dunia dgn sebagian besar waktunya, saya g harus ikutan kan? saya tidak menyalahkan mereka yg berkerja keras mengejar mimpinya. Tp saya muslim prioritas hidup saya tidak sama dgn mereka.
Saya muslim, saya harus ingat untuk apa saya diciptakan di dunia. Saya diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Bukan mengejar2 kenikmatan dunia. Bukan berarti 24 jam ibadah mulu, tapi ibadah adalah prioritas saya seharusnya. Ibadah bagi seorang wanita seperti saya apalagi kalau bukan mengurus rumah tangga dan anak. Bukan berarti saya tidak berusaha sama sekali. Tapi saya berhenti menentukan target hal-hal yg harus diraih, dan berhenti menambatkan hati saya dgn kesenangan2 dunia. Saya tidak harus mencapai ini dan itu. Saya tidak harus punya ini dan itu. Dan saya tidak harus menjadi ini dan itu. Saya hanya harus melakukan apa yg harus saya lakukan sbg muslim, di setiap kesempatan dan kegiatan.

Saya tidak memiliki hak untuk menentukan apa2 yg harusnya saya miliki. Tugas manusia dan tujuan manusia adalah melakukan usaha. Karena hasil yg dicapai adalah keputusan Allah semata. Maka saya berhenti menargetkan memiliki sesuatu, menjadi sesuatu, mencapai sesuatu. Saya tidak mau hati saya terpaut dan terfitnah dgn perkara dunia. Sekali lagi saya tekankan, bukan berarti saya berhenti berusaha dan berbisnis, saya tetap  lakukan apa yg harus saya lakukan sebagai muslim, sebaik mgkn mengatur antara ibadah dan perkara dunia. Dan saya berusaha seikhlas mungkin menerima semua keputusan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar