Aq ingin begini
Aq ingin begitu..
Ingin ini..ingin itu..banyak sekali..
Semua..semua..semua..
Harus dikabulkan..
Harus dikabulkan tanpa kantong ajaib...
Sepertinya memang sudah merupakan kodrat manusia memiliki
banyak keinginan. Aku punya banyak keinginan, apalagi kalau melihat apa yang
dimiliki/dicapai orang lain. Pengen jadi IRT super seperti martha stewart.
Pengen jago jahit seperti pemilik blog ‘ladybird’. Pengen jadi ibu super
seperti Septi Peni Wulandari. Pengen jadi wanita pekerja keras seperti Merry
Riana. Pengen punya bisnis kayak ibu-ibu pembisnis. Pengen liburan terus kayak
si anu. Pengen punya rumah sendiri. Pokoknya banyak deh.. Apalagi kalau ngeliat
foto-foto keren gaya hidup si anu dan si itu di social media. Wah, pengen juga
seperti itu.
Nah, kalau sudah begitu biasanya saya pelajari apa yg mereka
lakukan untuk meraih apa yg telah mereka raih. Contohnya, berkat buku Merry
Riana dan baca diskusinya ibu ibu pembisnis, saya sempat berpikir untuk membuat
target apa-apa yg ingin saya raih. Yg saya simpulkan, mereka bekerja keras
untuk mengejar apa yg mereka cita2kan. Sebagian ibu2 itu tidur 5 jam sehari,
malahan ada yg pagi kerja kantoran, terus sore sama malam ngurusin bisnis.
Merry Riana sendiri bekerja keras untuk meraih mimpinya (mengumpulkan sejuta
dollar) dan menetapkan target yg cukup tinggi setiap harinya.
Maka saya pun sempat membuat daftar to do list yg cukup
ambisius dalam sehari untuk mengejar ‘hal2 keren’ tsb. Tp kemudian saya
uring-uringan sendiri. Stres mengejar target yg telah ditetapkan. Sebal ketika
rencana yg telah diatur rapi, mengalami gangguan. Maka saya pun merenung dan
mempertanyakan diri sendiri, apakah hal2 yg sedang saya kejar ini, memang
penting untuk dikejar? Apakah dunia ini begitu penting sehingga harus dikejar
seambisius itu? Siapa yg menetapkan standar bahagia, standar baik, standar
keren? Tanpa sadar, informasi2 yg masuk di kepala kita, kita jadikan standar
kebenaran. Kita baru bahagia kalau berlibur, hang out di cafe, nonton bioskop,
baca komik. Kita sukses kalau punya bisnis beromset besar, punya mobil, rumah
mewah. Kita baru cantik kalau pakai baju terupdate dan memakai ‘hijab’ modis.
Apa yg salah dgn diri kita apa adanya? apa yg salah dgn tidak menjadi sama dgn
org kebanyakan?
Saya muslim. Standar kebenaran saya adalah agama saya. Dan
landasan berpijak saya adalah agama saya. Bagi muslim, untuk menenangkan diri
cukup dengan sholat dan mengaji. Tidak harus berlibur kemana2. Pakaian wanita
muslim adalah jilbab syar’i, tidak perlu dirubah-rubah. Apakah muslim mulai
kehilangan identitasnya? Ketika org lain memiliki rumah dengan sistem riba,
saya gak harus ikutan kan? Walaupun entah kapan tabungan terkumpul untuk beli rumah
secara tunai. Ketika org lain memulai bisnis dgn modal pinjaman, saya g harus
ikutan kan? walaupun entah kapan bisnis saya akan berkembang. Ketika orang lain
menambatkan hatinya pada dunia dan mengejar dunia dgn sebagian besar waktunya,
saya g harus ikutan kan? saya tidak menyalahkan mereka yg berkerja keras
mengejar mimpinya. Tp saya muslim prioritas hidup saya tidak sama dgn mereka.
Saya muslim, saya harus ingat untuk apa saya diciptakan di
dunia. Saya diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Bukan mengejar2 kenikmatan
dunia. Bukan berarti 24 jam ibadah mulu, tapi ibadah adalah prioritas saya
seharusnya. Ibadah bagi seorang wanita seperti saya apalagi kalau bukan
mengurus rumah tangga dan anak. Bukan berarti saya tidak berusaha sama sekali. Tapi
saya berhenti menentukan target hal-hal yg harus diraih, dan berhenti
menambatkan hati saya dgn kesenangan2 dunia. Saya tidak harus mencapai ini dan
itu. Saya tidak harus punya ini dan itu. Dan saya tidak harus menjadi ini dan
itu. Saya hanya harus melakukan apa yg harus saya lakukan sbg muslim, di setiap
kesempatan dan kegiatan.
Saya tidak memiliki hak untuk menentukan apa2 yg harusnya
saya miliki. Tugas manusia dan tujuan manusia adalah melakukan usaha. Karena
hasil yg dicapai adalah keputusan Allah semata. Maka saya berhenti menargetkan
memiliki sesuatu, menjadi sesuatu, mencapai sesuatu. Saya tidak mau hati saya
terpaut dan terfitnah dgn perkara dunia. Sekali lagi saya tekankan, bukan
berarti saya berhenti berusaha dan berbisnis, saya tetap lakukan apa yg harus saya lakukan sebagai muslim,
sebaik mgkn mengatur antara ibadah dan perkara dunia. Dan saya berusaha
seikhlas mungkin menerima semua keputusan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar